1. Riwayat trauma
2. Nyeri pada tulang yang patah
3. Bengkak
4. Kelainan bentuk (angulasi, rotasi, discrepancy)
5. Tenderness atu nyeri tekan setempat dan nyeri sumbu (axial)
6. Teraba kripitasi, sebagai gesekan permukaan fragmen
7. Gangguan fungsi (fungsion laesa)
Apabila gejala klasik ditemukan, maka jelas secara klinis diagnosis fraktur dapat ditegakkan.
Pembagian Patah Tulang (Klasifikasi Fraktur)
1. Klinis
Secara klinis dibedakan :
- Fraktur tertutup : tidak didapatkan perlukaan didaerah fraktur.
- Fraktur terbuka : didapatkan perlukaan di daerah fraktur.
- Derajat I : Perlukaan kurang dari 1 cm,
- Derajat II : Perlukaan lebih dari 1 cm,
- Derajat III : Perlukaan disertai kerusakan luas
.
Untuk menentukan initial, diperlukan pencitraan yang menyatakan jenis dan kedudukan fraktur yaitu dengan pemeriksaan radiologis seperti X-ray, CT atau MRI.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis dibagi menjadi :
- Komplit – inkomplit atau kompresi
- Simple – kominutif atau segmental
- Transversal, oblique, spiral
- Intra atau ekstra-artikuler :
- Pada fraktur dislokasi
MANAJEMEN PATAH TULANG
1.REDUCTION (REPOSISI)
Penegakkan diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan radiologis, sehingga dengan demikian dapat ditentukan cara reposisi sebagai tindakan berikutnya.
1. Fraktur Tertutup – Reposisi Tertutup
Reposisi tertutup dapat dilakukan dengan cara manipulasi, traksi kulit (skin traction) atau traksi skeletal
Indikasi tindakan operasi bila :
- Reposisi tertutup gagal
- Terjadi fraktur avulse atau distraksi
- Non union
Menurut Gustilo reposisi terbuka terdiri dari :
- Debridement
- Reposisi terbuka (a voe)
- Fiksasi dan pertimbangan rehabilitasi agar dapat sembuh paripurna.
Hasil reposisi perlu dipertahankan dengan cara imobilisasi
Imobilisasi dapat dengan cara :
- Fiksasi luar : bidai, gips, external fixator.
- Fiksasi dalam : penggunaan implant.
Fiksasi Luar
1. Bidai ( Splint)
Bidai dengan mengunci 2 buah sendi yaitu pada bagian proksimal dan distal tulang yang fraktur, sehingga dapat diharapkan :
- Nyeri berkurang
- Pendarahan dapat dihentikan
- Kerusaan lebih lanjut dapat dicegah
- Memudahkan untuk transportasi
2. Gips (Plaster of Paris : POP)
Gips dipakai dalam bentuk slab atau sirkuler, seperti halnya bidai. Syarat pemasangannya sama yaitu dengan mengunci 2 buah sendi, bagian proksimal dan bagian distal fraktur kecuali apabila dapat dibuat dengan baik agar tidak ada pergerakan yang berarti pada daerah fraktur seperti Sarmento plaster.
3. Eksternal fixator (exfix)
Exfix adalah alat fiksasi luar yang dipergunakan untuk mempertahankan kedudukan fraktur hasil reposisi dimana jaringan lunak “rusak” dan perlu perawatan khusus. Biasanya pada fraktur terbuka derajat III B atau derajat III
4.Fiksasi Dalam
Fiksasi dalam digunakan untuk pemasangan implant. Ada beberapa cara yang dilakukan, dengan maksud sebagai berikut :
1. Splinting
2. Adaptasi atau netralisai
3. Stabilisasi dengan atau tanpa kompresi
4. Tension Band
REHABILITATION
Rehabilitasi berarti upaya mengembalikan kemampuan anggota yang cedera atau alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali.
(Dari Kumpulan Kuliah Prof.Soelarto Reksoprodjo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar